System Technology And Superpower - BestLightNovel.com
You’re reading novel System Technology And Superpower 36 Bab 36 : Apakah Ada Sesuatu Yang Salah? online at BestLightNovel.com. Please use the follow button to get notification about the latest chapter next time when you visit BestLightNovel.com. Use F11 button to read novel in full-screen(PC only). Drop by anytime you want to read free – fast – latest novel. It’s great if you could leave a comment, share your opinion about the new chapters, new novel with others on the internet. We’ll do our best to bring you the finest, latest novel everyday. Enjoy
Daniel bangun jam 5 subuh, dia langsung keluar untuk berolahraga.
Dia melakukan peregangan sambil menghirup udara sekitar.
Wajahnya terlihat sangat bahagia.
"Kualitas udara di sini bagus sekali."
Ia kemudian menggerak-gerakkan tubuhnya mengikuti gerakan yang ia lakukan saat bermain game virtual reality.
Tendangan!
Pukulan!
Mengindar!
Pukul!
Daniel terus berlatih. Satu jam berlalu dengan cepat.
Nayla berdiri di pintu memperhatikan Daniel yang sedang berlatih.
Dia sudah selesai melakukan tugasnya memasak. Tugas selanjutnya adalah memperhatikan Tuannya.
"Niel, sudah jam 6 pagi. Apakah kamu ingin terus berlatih?" tanya Nayla.
Daniel menghentikan gerakannya, ia menoleh ke arah Nayla kemudian menjawab, "Tidak, aku akan melakukan pendinginan, lalu mandi."
"Baiklah, segeralah melakukan pendinginan. Aku akan menyiapakan air hangat di kamar mandimu.".
"Makasih, Nay."
"Itu sudah tugasku, Niel."
Nayla kemudian meninggalkan tempatnya, bergegas ke kamar mandi Daniel.
Daniel juga bergegas melakukan pendinginan.
...
Daniel sekarang sudah berseragam, ia duduk di meja makan.
Rika dan Raka juga sudah ada di meja makan. Sedangkan Nayla sedang menghidangkan makanan.
Daniel menatap kedua adiknya, ia bingung bagaimana menjelaskannya.
Ia menghirup napas dalam-dalam.
"Rika, Raka, ada yang ingin Kakak katakan pada kalian berdua."
"Apwa itwu, Kak?" tanya Raka yang masih mengunyah makanan.
Mendengar nada bicara Raka, Rika menjadi marah, "Kalo makan ya makan, kalo ngomong ya ngomong. Jangan makan sambil ngomong!"
"Rika, makanan yang dimasak Kak Nayla itu enak, terus nggak sopan kalau nggak jawab Kak Niel, jadi aku jawab sambil makan deh." Raka kemudian meneruskan makannya.
"Itu sama aja nggak sopan tau!" Rika dengan marah menggembungkan pipinya.
Melihat Rika dan Raka berdebat, Daniel dan Nayla saling menatap, kemudian saling tersenyum.
Kecerdasan Nayla tak perlu ditanyakan lagi, itu sudah melampaui ma.n.u.sia di b.u.mi. Ekspresi dan gerak tubuhnya juga sangat alami, tak terlihat seperti robot.
Nayla kemudian menghentikan mereka berdua, "Kalian berdua, Niel ingin mengatakan sesuatu. Berhentilah berdebat."
Keduanya berhenti, lalu saling memandang.
"Hem!"
Keduanya memalingkan wajah mereka dan menyilangkan tangan di dada mereka masing-masing.
Nayla tertawa kecil.
Daniel menggelengkan kepalanya, ia kemudian berkata, "Jadi, seperti ini. Tiga bulan yang lalu, Kakak membuat aplikasi bernama Sky Booster, yang sekarang sudah dimiliki oleh Google. Rika dan Raka sudah pernah pakai, kan? Itu Kakak yang buat.
Setelah itu, Kakak juga menciptakan asisten pintar Teteh, yang secara resmi dirilis kemarin. Inilah sebabnya kakak jarang ke sekolah.
Kakak juga mendirikan perusahaan bernama Sky Technology. Nay juga bekerja di sana.
Itu semua adalah penjelasan Kakak mengenai bagaimana Kakak bisa mendapatkan rumah seperti villa mahal ini."
Keduanya terkejut.
Apakah semua produk itu benar-benar dibuat oleh Kakak?
Keduanya saling memandang, kemudian memandang Nayla dengan takjub, lalu memindahkan pandangan mereka lagi pada Daniel.
Mata mereka berbinar, ada tatapan kekaguman, hormat, dan takjub pada Daniel.
"Kakak serius, kan? Nggak bohong, kan?" tanya Raka memastikan.
"Hei, buat apa Kakak membohongimu, lagian kalian berdua adalah keluarga yang paling kakak sayangi."
Rika dengan semangat berkata, "Kakak hebat! Makin sayang sama Kakak!"
Rasa sayang dan cinta Rika kepada Daniel tanpa disadari menjadi semakin dalam di hatinya.
Seorang adik perempuan yang mencintai kakaknya telah muncul.
Raka yang melihat ini, memutarkan matanya. Ia sudah bosan mendengar katkata sayang Rika pada Daniel. Dari kecil Rika sudah seperti itu.
Daniel tidak tahu perasaan Rika yang sebenarnya, ia menjawab Rika sambil tersenyum, "Aku juga menyayangimu."
Daniel juga mengusap lembut kepala Rika.
Rika yang menerima usapan lembut dari kakaknya, tertawa dan sangat bahagia.
Daniel kemudian menatap Raka.
Raka merasakan tatapan dari Daniel, ia menjadi bingung.
Daniel tak memperhatikan kebingungan Raka, ia berkata, "Tentu saja aku menyayangimu juga."
Raka merinding, ia secara dan sadar memundurkan kursinya, dan menatap Daniel dengan takut.
"Kakak, aku masih normal!" teriak Raka dengan nada ketakutan.
Rika dengan sigap memukul kepala Raka. Setelah melakukan itu, ia tersenyum bahagia.
"Rika! Itu sakit, tau!"
Raka mengusap bagian kepalanya yang dipukul oleh Rika.
Daniel tersenyum pahit melihat adegan di depannya.
s.e.m.e.ntara itu, Nayla yang dari tadi diam, menanyakan sebuah pertanyaan.
"Apakah Niel juga menyayangiku?"
Daniel terkejut dengan pertanyaan Nayla. Ia menjawab, "Ya, aku juga menyayangi Nay."
Rona merah muncul di pipi Nayla, ia menundukan kepalanya, berkata, "Nay juga menyayangi Niel."
Nayla sudah mempelajari bagaimana tingkah laku dan hubungan antar sesama ma.n.u.sia dengan sangat cepat. Kecepatannya belajar bisa dibandingkan dengan kecepatan cahaya.
Juga, ia meneliti berbagai hal tentang ma.n.u.sia berkembang biak.
Jika Daniel mengetahui apa yang dipelajari oleh Nayla, Daniel akan sangat terkejut dan memuntahkan darahnya.
Raka cepat-cepat menghabiskan makanannya, ia lebih dulu meninggalkan meja makan.
....
Sarapan yang harmonis telah selesai, keempatnya sedang dalam perjalanan ke sekolah menggunakan mobil.
Daniel, Rika, dan Raka, semuanya menggunakan seragam, sepatu, buku, dan tas baru. Berbagai hal yang berkaitan dengan sekolah pun semuanya baru.
Kemarin lusa, Daniel, Rika, Raka dan Nayla ke sebuah mall untuk membeli pakaian baru. Karena ingat tentang keperluan sekolah yang sudah mulai memburuk, Daniel juga membeli keperluan sekolah yang baru.
Banyak barang di beli oleh mereka berempat.
Setelah setengah jam berkendara, Daniel dan yanh lainnya sampai di SMK Negeri Sinar Abadi, tempat dimana dia belajar.
Daniel membuka pintu mobil. Daniel ingin segera turun, tapi tangannya digenggam oleh Rika.
Daniel tersenyum pahit, ia berkata, "Rika, Kakak sudah sampai di sekolah. Jika kamu nggak melepas tanganmu, gimana Kakak turunnya?"
Rika akhirnya tersadar. Ia merasa sangat aman ketika dekat dengan kakaknya dan juga ketika dia menggenggam tangan kakaknya.
Meskipun berat hati, ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Daniel tanpa menjawab Daniel.
"Di rumah kan masih bisa pegang tangan Kakak lagi. Nanti di rumah, kamu bisa puas pegang tangan Kakak." Daniel hanya bisa berkata seperti ini agar Rika tak sedih.
Mata Rika berbinar, ia bertanya dengan semangat.
"Beneran, Kak?"
Daniel mengangguk, "Beneran."
"h.o.r.e!" Rika bersorak gembira.
"Kalo gitu, Kakak turun dulu. Kalian sekolah yang benar, ya."
Daniel menyemangati keduanya.
Keduanya menjawab dengan semangat, "Tentu, Kak!"
Tak lupa juga Daniel menyemangati Nayla, "Nay, hati-hati di jalan. Kamu semangat buat kerja nanti."
"Siap, Niel!" Nayla menjawab dengan posisi hormat.
Setelah melihat ketiganya, Daniel tersenyum. Ia kemudian turun dari mobil.
Setelah beberapa saat, mobil itu melaju ke arah SMP Negeri Sinar Abadi.
Ketika Daniel berbalik hendak menuju ke sekolah, seluruh murid menatapnya dengan tatapan tak percaya.
Ia menjadi bingung mengapa murid-murid melihatnya dengan tatapan seperti itu.
Apakah ada sesuatu yang aneh dengan wajahku?
Daniel dalam hati bertanytanya.
"Kkamu Daniel?" seorang siswi tak jauh dari Daniel bertanya dengan penasaran.
Daniel bingung, tapi ia tetap menjawab, "Benar, aku Daniel. Apakah ada sesuatu yang salah?"
Siswi itu langsung menutup mulutnya dengan tak percaya.
Ini adalah Daniel? Dunia bercanda?
Pertanyaan itu bergema di pikiran semua murid yang ada di gerbang sekolah.
Meskipun sudah mengetahui orang yang sedang mereka tatap adalah Daniel, tetap saja mereka tak percaya.
Masih dalam keheningan, tibtiba suara perempuan serentak memecahkan suasana sunyi.
"Daniel!?"