Gen Super - BestLightNovel.com
You’re reading novel Gen Super 159 Sebuah Fakta online at BestLightNovel.com. Please use the follow button to get notification about the latest chapter next time when you visit BestLightNovel.com. Use F11 button to read novel in full-screen(PC only). Drop by anytime you want to read free – fast – latest novel. It’s great if you could leave a comment, share your opinion about the new chapters, new novel with others on the internet. We’ll do our best to bring you the finest, latest novel everyday. Enjoy
Banyak orang yang menebak bahwa itu dibuat berdasarkan pesanan, tetapi mereka masih tidak menemukan perusahaan mana yang memproduksinya, karena tidak ada jejak tentang Pembunuh Perak.
Pada saat yang sama, dalam pabrik militer, Liu Changming berkata pada Profesor Tang, "Ayo lihat ini." Tang Mingxiu adalah sosok penguasa dalam industri kerangka perang dan berspesialisasi dalam kerangka perang biologis. Kerangka perang super biologis yang sedang mereka persiapkan untuk diluncurkan adalah produk yang dikembangkan oleh tim Tang.
Setelah Tang Mingxiu duduk, Liu Changming memutar sebuah video yang menunjukkan pertandingan Han Sen dan Pembunuh Perak -versi yang telah diedit oleh Fang Mingquan.
Tang Mingxiu merasa agak terkejut dan berkata, "Ini adalah prototipe T9 dari laboratorium kita. Pengendaranya pasti adalah pemain yang telah berevolusi?"
"Mata yang tajam, Profesor Tang! Ini adalah prototipe T9, tetapi pengendaranya adalah seorang murid baru di Elang Hitam, berusia 17 tahun dan belum berevolusi," Liu Changming berkata sambil tersenyum.
"Seorang murid baru sekolah militer?" Tang Mingxu tertegun, dan menonton video itu sekali lagi dengan seksama. DIa tidak dapat mempercayai seorang yang belum berevolusi dapat mencapai tingkat ini.
"Profesor Tang, video yang kau tonton sekarang adalah pertarungan kerangka perang tunggal, yang membangkitkan banyak perhatian dalam sekolah militer besar. Sekarang hampir seluruh murid sekolah militer mengenal Pembunuh Perak, yang merupakan prototipe T9 kita." Liu Changming berkata sambil tersenyum.
"Kau ingin mengambil kesempatan ini untuk meluncurkan T10?" Tang Mingxiu segera memahami apa yang diinginkan oleh Liu Changming.
"Aku rasa murid ini sesuai menjadi juru bicara T10 untuk membantu kita mempromosikan T10, dan penampilan T10 harus diubah untuk meniru T9. Profesor Tang, bagaimana pendapatmu mengenai ide ini?" Liu Changming menjelaskan usulannya.
"Aku setuju saja, tetapi dia hanyalah seorang murid sekolah militer. Apakah dia dapat menjadi juru bicara untuk T10?" Tang Mingxiu merasa ragu.
Liu Changming tertawa. "Aku sudah menyelidikinya dengan detail, dan kebetulan dia adalah anggota pasukan khusus."
"Dia adalah anggota pasukan khusus?" Tang Mingxiu sekali lagi merasa terkejut, karena sangat jarang seorang seusia Han Sen dapat bergabung dengan pasukan khusus.
"Iya. Kau ingat Qin Xuan dari Rumah Qin? Dia adalah orang yang merekomendasi Han Sen." Liu Changming tersenyum.
"Gadis itu! Dia masih berada di Tempat Suci Para Dewa Tahap Pertama?" Tang Mingxiu mengangguk. Dia memiliki kesan yang mendalam terhadap Qin Xuan.
"Dia seharusnya berevolusi dan segera pergi ke Tempat Suci Para Dewa Tahap Kedua," Liu Changming membalas.
Tang Mingxiu mengangguk dan berkata, "Karena dia direkomendasi oleh gadis itu, dia seharusnya dapat mendukung T10."
"Karena kau setuju denganku mengenai hal ini, aku akan melanjutkan untuk eksekusi rencana ini." Liu Changming sangat bersemangat.
Walaupun T10 adalah tipe terbaru dari kerangka perang biologis, penampilan dan aspek lainnya masih sedikit kurang dibandingkan dengan T9. Bagaimanapun juga, T9 adalah prototipe militer, sedangkan T10 untuk dipergunakan oleh masyarakat sipil.
Han Sen tidak mengetahui ada hal baik yang menunggunya. Pada saat ini, dia sedang bersenandung sebuah lagu dalam perjalanan menuju sebuah kencan.
Setelah memperingati kemenangan bersama kamar sekamarnya sepanjang malam, Han Sen mengirimkan pesan pada Ji Yanran dan mendapatkan jawaban yang tidak terduga darinya. Ji meminta Han Sen untuk bertemu di kantin dekat asrama mereka, tempat mereka meminum jus buah yang disukai oleh mereka.
Bersiap-siap untuk dicium oleh gadis cantik, Han Sen merasa penuh energi dan tenaga berjalan ke kantin.
Waktu sudah jam dua pagi. Hanya ada satu sosok ramping di seluruh kantin.
Han Sen duduk di seberang Ji Yanran dan berkata sambil tersenyum, "Bagus sekali. Kau menepati janji kali ini."
Dia agak tersipu dan tetap diam. Menggigit bibir merah mudanya, dia menatap Han Sen dengan matanya yang menarik selama sepuluh menit.
Walaupun Han Sen bermuka tebal, dia juga merasa malu ketika ditatap sekian lama. Dia pun memulai percakapan "Aku tahu aku sangat ganteng, tetapi jika kau terus menatapku seperti ini, aku mungkin akan berprasangka lain."
"Prasangka lain apa?" Ji Yanran akhirnya berbicara.
"Prasangka bahwa kau ingin mengG.o.daku." Han Sen mengedipkan matanya, tampak malu.
Ji Yanran lebih tersipu lagi dan melotot pada Han Sen. "Jangan harap!"
"Aku takut kau mengharapkan itu." Han Sen terlihat takut.
Ji Yanran menjentikkan jarinya, "Hentikan omong kosong, atau aku akan pergi."
"Jangan pergi. Kau masih berhutang satu ciuman." Han Sen tanpa malu-malu menyodorkan mukanya ke hadapan Ji Yanran dan meruncingkan bibirnya. "Sini, di bibir."
Ji Yanran merasa sangat malu dan menjentikkan jidatnya. "Jika kau tetap seperti ini, aku benar-benar akan pergi."
"Aku hanya meminta milikku," Han Sen menggosok jidatnya dan berkata dengan tidak berdaya.
"Aku dapat menciummu…tetapi kau harus menjawab beberapa pertanyaan dulu." Ji Yanran menatap Han Sen dan bertanya. Dia merasa penasaran dengan beberapa hal.
"Jika aku dapat menjawabnya, aku akan menjawab. Tetapi jika aku tidak dapat menjawabnya, kau tidak boleh menolak untuk menciumku." Han Sen bertekad.
"Aku tahu." Dia tidak pernah tersipu separah ini dalam hidupnya.
"Dalam pesawat ruang angkasa, apakah kau menipu dalam permainan?" Ji Yanran tetap tenang dan bertanya.
"Aku sudah memberitahumu berkali-kali. Aku tidak menipu." Han Sen menjulurkan tangannya.
"Apakah kau memiliki akun dalam Jaringan Pertarungan?" Ji bertanya lagi.
"Iya," balas Han Sen.
"Apa ident.i.tasmu?" Ji Yanran merasa ragu dan bertanya dengan gelisah.
"Pacarku Adalah Ji Yanran." Han Sen langsung menjawab.
Wajah Ji Yanran terbakar. Dia berteriak, "Bagaimana bisa kau menggunakan ident.i.tas seperti itu?"
"Aku hanya mengemukakan sebuah fakta. Kau adalah pacarku," Han Sen menatap Ji Yanran, mengedipkan mata dan berkata.