Gen Super - BestLightNovel.com
You’re reading novel Gen Super 40 Pusat Tes Fisik online at BestLightNovel.com. Please use the follow button to get notification about the latest chapter next time when you visit BestLightNovel.com. Use F11 button to read novel in full-screen(PC only). Drop by anytime you want to read free – fast – latest novel. It’s great if you could leave a comment, share your opinion about the new chapters, new novel with others on the internet. We’ll do our best to bring you the finest, latest novel everyday. Enjoy
"Membawa Yan ke sekolah," balas Han Sen.
"Yan sekolah di Santo Paulus?" Han Lei menatap Han Sen dan Han Yan, merasa tidak yakin.
"Sejak beberapa hari lalu." Han Sen berkata, bersiap untuk membawa Han Yan ke gerbang sekolah.
Han Lei berpikir sejenak dan berlari ke hadapan Han Sen. Dia meraih pergelangan Han Sen dan berkata dengan gusar, "Aku tahu! Kakakku mengelola perusahaan begitu lama, dia pasti telah menggelapkan banyak uang. Kau hanya berbohong kepadaku tentang tidak dapat memperoleh dua juta, sedangkan sekarang kau menghabiskan jutaan untuk menyekolahkan Yan di Santo Paulus. Aku kasih tau ya, uang ini adalah milik seluruh keluarga, sama seperti rumah itu. Kita harus membaginya, atau aku akan…"
"Atau apa? Apa yang dapat kau lakukan?" Han Sen menatap Han Lei dengan dingin. Dia sangat kecewa dengan saudarsaudaranya dan tidak dapat memberinya lebih sepeserpun.
"Nak, hati-hati. Aku adalah pamanmu." Han Lei tersentak s.e.m.e.ntara Han Sen mengawasinya, tetapi dia tidak berencana untuk membiarkan Han Sen berjalan bebas.
"Paman?" Han Sen tersenyum sinis. "Pulanglah ke rumah dan baca kembali dok.u.men huk.u.m yang kita tanda tangani dan lihatlah apakah kau berhak atas apapun yang kita miliki. Mulai dari sekarang, jangan pernah berharap bisa mendapatkan sepeserpun dari kami lagi."
Alasan mengapa Han Sen memberi mereka dua juta dengan begitu cepat adalah untuk membuat batasan jelas antara saudarsaudaranya dan keluarga intinya. Untuk mendapatkan dua juta, semua saudarsaudaranya menandatangani dok.u.men yang dipersiapkan oleh Tuan Zhang, sehingga mereka tidak mungkin mengambil apapun dari keluarga Han Sen di masa depan.
"Ini adalah penipuan! Aku akan mencari Ib.u.mu sekarang juga. Berani-beraninya kau menyembunyikan uang dari kami…" teriak Han Lei dengan marah.
"Paman, jangan pernah berani berpikir seperti itu. Aku berhak membunuh penerobos." Han Sen menatap Han Lei dengan geram.
"Bajingan kecil, berani-beraninya…" Han Lei melayangkan tinjunya ke Han Sen dengan marah.
Dengan tatapan kosong, Han Sen meraih lengan Han Lei dan menghempaskan lengannya ke atas pundak Han Lei. Han Lei teriak kesakitan.
"Paman, jika kau mau mencari mati, silakan datang ke rumah kami." Han Sen menatap Han Lei dengan dingin.
Han Lei melotot seolah-olah dia tidak mengenal Han Sen. Pandangan di wajah Han Sen membuatnya merasa takut.
Han Lei sudah berevolusi, walaupun hanya dengan memaksimalkan poin geno primitif. Dia sebenarnya tidak melakukan banyak hal dalam Tempat Suci Para Dewa Tahap Kedua, tetapi dia tetap adalah seorang yang telah berevolusi. Tidak biasanya seorang yang belum berevolusi sama sekali seperti Han Sen dapat melemparkan lengan ke bahunya dengan begitu mudah. Keponakannya ini tibtiba terlihat seperti orang yang berbeda.
Han Sen tibtiba mengembangkan senyuman dan menarik Han Lei untuk bangun.
"Aku yakin, tanteku tidak mengetahui tentang wanita ini dan anaknya. Aku rasa, aku harus berbincang dengannya," Han Sen berbisik, s.e.m.e.ntara itu Han Lei masih merasa terkejut dengan perubahannya yang mendadak.
"Kau pikir istriku akan mempercayaimu?" kata Han Lei dengan marah.
"Tidak masalah, asalkan dia mempercayai ini." Han Sen menunjukkan kepada Han Lei jaringan komunikasi di pergelangan tangannya. Dia menyalakan kamera video pada saat dia melihat Han Lei.
"Kau…" Merasa terkejut, Han Lei berusaha untuk merampas jaringan komunikasi itu.
Han Sen hanya perlu bergerak sedikit untuk membuat Han Lei terjauh lagi.
"Paman, kita dapat bernegosiasi dan aku dapat menjual ini kepadamu." Han Sen tersenyum dan hampir akan menariknya kembali.
Han Lei menyeringai dan tibtiba mencoba untuk memelintir tangan Han Sen, bersiap-siap untuk mematahkannya dan menyita jaringan komunikasinya.
Han Sen membalikkan tangannya dan menahan tangan Han Lei, membuatnya berlutut di lantai dan melonglong seperti seekor babi.
"Paman, tampaknya kau tidak berminat untuk bernegosiasi. Aku akan menunjukkan ini kepada tanteku kalau begitu." Han Sen melepaskan tangan Han Lei dan bersiap-siap untuk pergi.
"Tunggu." Han Lei cepat-cepat memberhentikan Han Sen dan menggertakan giginya. "Sepuluh ribu. Aku akan memberikanmu sepuluh ribu, dan kau menghapusnya."
Han Sen berpaling. "Dua ratus ribu, atau aku akan pergi ke tempat tanteku."
"Baiklah, baiklah," kata Han Lei, berjalan dengan pincang untuk memegangi Han Sen.
"Terima kasih kalau begitu, tunai atau transfer?" Han Sen bertanya dengan senyuman samar.
Han Lei dengan berat hati mentransfer dua ratus ribu ke Han Sen, "Jadi, sekarang kau bisa menghapusnya?"
"Tentu saja, aku akan menghapusnya, tetapi hanya pada saat aku merasa senang," Han Sen berkata dan pergi menjauh.
"Bajingan, kau berbohong kepadaku…" Han Lei menjadi murka dan mengepalkan tangannya. Namun, dia tertegun dengan penampakan Han Sen, karena gerakan keponakannya ini sungguh-sungguh meninggalkan kesan yang kuat.
"Paman, aku telah menerima uangmu, maka aku tentu saja akan menghapusnya, tetapi aku tidak mengatakan kapan aku akan melakukannya. Jadi kau sebaiknya terus berusaha untuk membuat hatiku senang." Han Sen menepuk pundak Han Lei dan menghentikan senyumannya. Dia berbisik, "Selain itu, jangan biarkan aku melihatmu di rumahku lagi, atau aku akan membunuhmu."
Han Lei bergidik, dan karena alasan tertentu, dia percaya Han Sen bersungguh-sungguh dengan katkatanya.
"Jahanam! Bajingan itu sudah menjadi begitu jahat," Han Lei mengutuk semetara Han Sen pergi menjauh. Merasa malu bahwa dia merasa ketakutan dengan seorang anak kecil, Han Lei sebenarnya masih merasa ketakutan dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Han Sen.
Setelah membawa Yan ke sekolah, hati Han Sen sangat senang. Dalam perjalanan pulang, dia melihat pusat tes fisik dan masuk ke dalamnya. Dia ingin menguji tingkat kebugaran fisiknya sudah sampai sejauh mana sekarang.